Kultum Subuh Bersama Kyai Musenni, S.Pd., “Manisnya Iman”
namirahbatam.or.id
Batam, 23 Ramadhan 1446 H
Assalamu’alaikum wr wb, Bersyukur kita kepada Allah SWT, dengan senantiasa mengucapkan Alhamdulillah, Wasyukurillah a’la nikmatillah. Sholawat teriring salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau di yaumil akhir nanti, aamiiin yaa Rabbal Alamin.
“Seperti pada saat Ramadhan ini kita menjalankan puasa, tarawih, witir, dan amalan-amalan baik lainnya hanya semata-mata karena Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW,” pungkas Kyai Musenni.
Kyai Musenni, S.Pd. mengutip sebuah hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan tentang tiga syarat agar seorang Muslim bisa merasakan manis dan nikmatnya iman. “Rasulullah bersabda, seseorang itu akan mendapatkan manisnya iman, nikmatnya iman, mana kala ada tiga hal pada seseorang itu,” ungkap Kyai Musenni
Pertama, seseorang akan mendapatkan dan menikmati manis jika pada dirinya terdapat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi dari cinta kepada apapun. “Cinta adalah pekerjaan hati nurani untuk lebih memperhatikan kepada sesuatu atau seseorang. Cinta kita, perhatian lebih kita, diupayakan nomor satu adalah Allah dan yang kedua adalah Rasulullah. Ini syarat pertama,” kata Kyi Musenni.
Kedua, umat Islam dapat merasakan kenikmatan dan manisnya iman apabila mampu mencintai orang lain karena Allah, “Kita semua harus mencintai orang lain, tetapi cinta kita karena Allah. Kita berupaya agar mencintai istri, saudara, anak, didasari karena Allah. Orang yang bisa mencintai orang lain karena Allah, dia akan memberikan perhatian penuh agar orang yang dicintai itu selalu diingatkan manakala melakukan hal-hal yang melanggar aturan, hukum, atau amalan-amalan yang bisa menyengsarakan dia,” terang Kiai Musenni.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa cinta karena Allah itu bisa dilakukan dengan mengingatkan dan memberikan nasihat yang baik. Bahkan, berani melarang apabila orang yang dicintai itu akan melakukan pekerjaan yang bisa menjerumuskannya. “Kita bisa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Persaudaraan atau persahabatan yang didasari karena cinta Allah luar biasa. Pada tingkat yang lebih tinggi. Seperti cinta ibu kepada anaknya. Ibu tidak rela anaknya jatuh dari pohon, meskipun sang anak itu akan merasa kehilangan kebahagiaan jika dilarang naik pohon. Tapi ibu akan melarang itu sebagai rasa cinta kepada anaknya karena Allah SWT,” jelas Kyai Musenni.
Ketiga, seorang yang akan mendapatkan atau menikmati manisnya iman adalah ketika mampu menjaga keimanan. Orang seperti ini tidak memiliki keinginan untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia tidak senang apabila dimasukkan di dalam bara api. “Kalau kita melihat bara api, kita tentu akan menghindari agar kita tidak terbakar. Nah kita menghindari kekufuran seperti menghindari api yang akan membakar kita, sehingga kita menjauhi perkara-perkara yang menyebabkan kekufuran,” terangnya. Kyai Musenni, lantas mengajak kepada Jamaah Masjid Namirah untuk mengupayakan agar di dalam diri terdapat tiga hal itu untuk bisa mendapatkan manisnya iman. “Seperti pada saat Ramadhan ini kita menjalankan puasa, tarawih, witir, tadarus al qur’an, dzikir, sholawat, i’tikaf di 10 malam terakhir ramadhan dan amalan-amalan baik lainnya hanya semata-mata karena Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
Mari Jamaah, mumpung ada waktu dan kesempatan, kita terus berikhtiar sekuat tenaga untuk menyelesaikan ibadah Puasa Ramadhan 1446 H hingga akhir Ramadhan, khususnya i’tikaf di 10 malam terakhir ramadhan karena bisa jadi ini adalah ibadah Ramadhan terakhir kita, karena tidak ada jaminan kita akan dipertemukan Allah SWT di Ramadhan tahun depan.
Saya senantiasa berdo’a semoga kelak kita akan dikumpulkan bersama sama di syurganya Allah SWT dalam kondisi seperti kita berkumpul seperti saat ini, dan jika kita melihat ada saudara saudara kita yang tidak kelihatan berkumpul bersama kita, maka kita tuntun untuk bisa ikut bersama sama kita, agar kelak dapat berkumpul bersama di syurganya Allah SWT, sebagaimana kita berkumpul di dunia saat ini dalam mejelis ilmu, aamiiin Allahuma Aaamin, tutupnya.
SN